Maraknya Peretasan Aplikasi Zoom Saat WFH

Jakarta, Selular.ID – Ketika orang-orang bekerja dari rumah selama masa lockdown karena virus corona, kasus serangan cyber, peretasan dan bahkan ransomware telah meningkat. Fenomena itu menghadirkan tantangan serius bagi realitas ekonomi baru, di mana jaringan digital semakin mendorong pertumbuhan PDB, bisnis, mesin pemerintah, dan bahkan sekolah serta perguruan tinggi.
Dibandingkan jaringan internet di kantor dan tempat kerja yang relatif aman, jaringan internet rumah terbilang lebih rentan, terutama ketika banyak rekan kerja masuk melalui perangkat pribadi mereka di bawah praktik “bawa perangkat Anda sendiri (BYOD – Bring Your Own Device)”.
Credit: Panopto
“Dengan sebagian besar perusahaan tidak memiliki sistem dan protokol untuk bekerja dari jarak jauh, peretas dan pembuat malware memanfaatkan kondisi tersebut untuk kepentingan pribadi,” kata Gowree Gokhale, seorang mitra di firma hukum Nishith Desai Associates India, yang telah memberi nasihat kepada perusahaan tentang cara bekerja dengan aman.
Isu peretasan memang tengah marak saat ini seiring dengan tren WFH. Dan keluhan paling banyak dialamatkan pada Zoom. Di India, seorang eksekutif senior perusahaan bercerita saat melakukan panggilan konferensi video dengan manajemen puncaknya menggunakan Zoom.
Beberapa menit setelah pertemuan dimulai, layar diretas, dan konten pornografi mulai berputar langsung di layar orang-orang yang menelepon, mendorong mereka untuk secara tiba-tiba menghentikan panggilan.
Demikian pula, ketika PM India Narendra Modi mencari sumbangan di bawah dana PM-CARES, lebih dari selusin ID UPI yang terdengar serupa muncul, memikat orang untuk menyumbang di sana. ID palsu termasuk pmcares @ pnb, pmcares @ hdfcbank, pmcare @ yesbank, pmcare @ ybl, pmcare @ upi, pmcare @ sbi dan pmcare @ icici. Masalah ini akhirnya bisa diselesaikan, tetapi tidak sebelum intervensi kementerian dalam negeri, CERT-In yang merupakan lembaga Pengawas Keamanan Negara, dan pakar swasta.
Ini belum semuanya. Pesan dan situs web muncul dalam jumlah lusinan, berjanji untuk memberi tahu orang-orang tentang mereka yang menderita coronavirus ‘di dekat lokasi Anda’, atau menyediakan ‘Covid-19 heatmaps’.
Ada juga yang berjanji untuk membantu seseorang memanfaatkan dana yang menganggur. Dikirim dari sumber yang tampaknya resmi, sebagian besar tipuan ini berakhir dengan peretasan, dan bahkan mengambil alih, ponsel cerdas dan laptop yang mengunduhnya, yang mengarah ke serangan cyber.
Di Singapura, kejadian serupa yang melibatkan Zoom juga menjadi sorotan banyak pihak. Dilaporkan dua orang pria menyusup masuk ke dalam kelas virtual yang diselenggarakan sebuah sekolah di Singapura. Dalam kelas virtual yang terdapat siswi remaja, dua pria tiba-tiba muncul dan langsung menunjukkan gambar cabul juga membuat komentar cabul.
Akibat insiden itu, Kementerian Pendidikan Singapura bergerak cepat. Penyelidikan langsung dilakukan mengapa kejadian memalukan itu bisa terjadi. Imbasnya, pemerintah Singapura meminta para guru untuk menangguhkan penggunaan Zoom hingga masalah keamanan dapat diselesaikan.
Langkah tegas terhadap Zoom dilakukan oleh Taiwan. Negara yang bersteru dengan China itu, secara resmi mengeluarkan larangan penggunaan Zoom bagi lembaga dan organisasi pemerintahan, karena aplikasi meeting virtual itu dianggap tidak aman.
Kebijakan tersebut dikeluarkan pemerintah setempat menyusul adanya sejumlah data panggilan yang dikirimkan ke server di China tanpa sepengetahuan pengguna.
Insiden pemindahan data menjadi perhatian lebih bagi pemerintah Taiwan, mengingat hubungan antara Taiwan dan China yang tak harmonis. Sebagaimana diketahui, hingga saat ini, Beijing masih mengklaim bahwa Taipe merupakan bagian dari China. Padahal negeri kepulauan itu mengklaim sebagai negara merdeka.
Perseteruan itu membuat penggunaan aplikasi Zoom dinilai berbahaya karena beresiko terjadinya kebocoran data penting negara. Taiwan pun meminta pengguna beralih ke layanan sejenis yang dinilai lebih aman, milik Microsoft dan Google.
Isu peretasan saat orang-orang bekerja di rumah, tak pelak membuat aplikasi Zoom berada dalam sasaran tembak. Banyak perusahaan global yang pada akhirnya melarang menggunakan Zoom, seperti yang dilakukan Google.
Larangan menggunakan Zoom diterima oleh karyawan melalui email pekan lalu. Dalam email itu, Google mengatakan bahwa Zoom tidak akan berfungsi lagi pada perangkat Google.
Dalam imbauan itu, Google memerintahkan karyawan untuk menggunakan Meet, salah satu fitur untuk meeting yang dimiliki perusahaan mesin pencari terbesar dari Amerika Serikat itu.
Zoom diketahui telah menjadi layanan yang sangat populer untuk segala hal, mulai dari belajar, bekerja, hingga berkumpul selama pandemi Covid-19. Namun, di tengah popularitas itu, sejumlah pihak mengeluhkan keamanan dan privasi dari Zoom.
Pendiri dan CEO Zoom Eric Yuan bahkan harus meminta maaf dua kali pada pengguna di seluruh dunia, karena masalah keamanan yang mengguncang aplikasi tersebut dalam beberapa minggu terakhir.
Permintaan maaf tersebut disampaikan Yuan dalam live stream yang ditayangkan di YouTube. Dalam live stream berdurasi lebih dari dua jam tersebut, Yuan membeberkan sejumlah update seputar privasi dan keamanan serta berjanji untuk menangani masalah tersebut dengan serius.
“Sudah jelas kita memiliki banyak hal yang harus dilakukan untuk memastikan keamanan dari use cases pengguna baru ini, Tapi yang bisa saya janjikan pada kalian adalah kami menanggapi isu ini dengan sangat, sangat serius. Kami akan melihatnya satu per satu. Jika kami menemukan isu, kami akan mengakuinya dan akan kami perbaiki” kata Yuan yang dikutip Selular dari The Verge, Kamis (9/4/2020).
Sebelumnya Yuan juga telah meminta maaf yang ia sampaikan dalam wawancara dengan CNN. Ia mengaku kewalahan karena pengguna baru yang membludak hingga 90%. Untuk mencegah aksi peretasan, pihaknya akan membuat pembaruan seperti fitur bagi host untuk mengunci rapat dari orang yang tidak diundang.




Posting Komentar

0 Komentar